Rabu, 08 Januari 2020

Jasa Pengukuran Batimetri


Informasi Contact Jasa Survey Pengukuran Batimetri

Eko Prasetyo A. ( Tenaga Ahli Geodesi dan Mekanika Tanah ) : 082122697901
Pandu Mulyono ( Tenaga Ahli Mekanika Tanah ) : 081287671704

Jasa Pengukuran Batimetri











Survei batimetri adalah survei yang dilakukan untuk mengetahui nilai kedalaman dari dasar laut dan membuat peta dasar laut. Tujuan diadakan survey batimetri antara lain untuk keperluan pengerukan pelabuhan, perencanaan bangunan di laut ( pelabuhan, platform, sumur minyak ) dll.

Alat yang
digunakan dalam pengukuran survey batimetri ini ada dua macam, yakni Echosounder Single Frekwensi dan Echosounder Double Frekwensi. Perbedaan nya adalah untuk single frekwensi hanya menggunakan frekwensi tinggi ( kedalaman hanya sampai lapisan paling atas dari tanah ), artinya kedalaman tidak menembus lumpur. Sedangkan Echosounder Double frekwensi, terdapat 2 frekwensi yang digunakan sekaligus, yaitu frekwensi tinggi ( untuk pengukuran kedalaman dasar laut teratas ) dan frekwensi rendah ( untuk pengukuran kedalaman dasar laut yang dapat menembus lumpur ), sehingga ada 2 data kedalaman sekaligus yang didapatkan
Instalasi alat yang dipergunakan untuk pengukuran batimetri adalah :
a. GPS Antena : Untuk mendapatkan data posisi koordinat XY
b. Tranducer : Alat yang memancarkan sinyal akustik ke dasar laut untuk data kedalaman
c. Echosounder : Alat yang menampilkan angka kedalaman
d. Laptop : Untuk pengoperasian yang mengintegrasikan GPS, tranducer, dan echosounder


Kosep positioning GPS pada Echosounder

Untuk saat ini, pada berbagai kapal survei sudah menggunakan GPS dengan metode pengukuran DGPS dengan kepanjangan Differential Global Positioning System. Mungkin ada bertanya , apa perbedaan pengukuran posisi menggunakan DGPS dan GPS RTK, bahwa pada metode RTK, BASE station lah yang memberikan nilai koreksi kepada ROVER station. Sedangkan pada DGPS, BASE station yang berada di beberapa negara diantaranya Singapura, Australia, Indonesia. BASE ini memberikan nilai koreksi kepada SATELIT ( bukan ROVER ). Koreksinya bermacam macam , bisa koreksi Jam satelit, koreksi kesalahan orbit satelit, dll.
Metode DGPS ini memiliki ketelitian cukup tinggi sampai level centimeter, namun untuk menggunakan nya. Setiap orang / perusahaan harus membayar kepada perusahaan yang memberikan jasa pelayanan.
Menggunakan metode DGPS ini, dimanapun posisi kapal berada, kita bisa langsung mendapatkan koordinat kapal secara teliti. Koordinat bisa dalam informasi Latitude longitude,bisa juga dalam sistem koordinat lokal sesuai yang diinginkan ( Datum, elipsoid, Spheroid )

Kosep pengukuran kedalaman pada Echosounder

Untuk pengukuran kedalaman, sensor yang digunakan adalah Transducer. Tranducer ini dapat ditaruh di samping kapal dan berada dibawah permukaan air. Sensor ini cukup sensitif, karena ada buble sedikit saja, sinyal yang dipancarkan mudah terganggu. Sehingga kita perlu mengatur speed kapal sedemikian rupa agar Tranducer masih dapat membaca nilai kedalaman ( Biasanya kecepatan kapal 3 – 6 Knot saja )
Tranducer memancarkan sinyal-sinyal akustik ke bawah permukaan laut. Sebenarnya prinsipnya hampir sama dengan pengukuran jarak menggunakan total station. Rumusnya : Jarak = ( Kecepatan gelombang x Waktu ) / 2.
Ada beberapa parameter yang perlu kita inputkan ke dalam echosounder, diantaranya :
a. Draft : Jarak antara permukaan air dengan ujung sensor tranducer paling bawah
b. Velocity : Cepat rambat gelombang
c. Index : Nilai koreksi kedalaman


Konsep Pasang Surut 

Jasa Pengukuran Batimetri











Pasang surut dapat terjadi disebabkan oleh Gravitasi matahari, gravitasi bulan, gaya sentrifugal akibat rotasi bumi, dll. Walaupun bulan lebih kecil dari matahari, tetapi justru grafitasi bulan lah yang memberikan pengaruh lebih besar terhadap pasang surut di bumi dikarenakan jarak yang lebih dekat antara bumi ke bulan dibanding bumi ke matahari

Kalau anda melihat pada gambar diatas, terdapat bermacam macam posisi kedalaman dari permukaan air laut. Informasi posisi permukaan air laut sangatlah penting, terutama kedalaman MSL dipakai sebagai acuan ketinggian di daratan, dan untuk acuan kedalaman pada peta batimetri.
Untuk mendapatkan nilai MSL Perairan, perlu dilakukan pengamatan pasang surut. Untuk keperluan praktis cukup pengamatan selama 15 piantan ( 15 hari ) atau 29 piantan ( 30 hari ). Caranya bisa secara manual ( memakai rambu ukur yang ditaruh di pinggir laut kemudian dibaca manual setiap 30 menit ), bisa juga secara otomatis ( menggunakan Pressure tide gauge, ataupun GPS tide gauge, sehingga bacaan sudah terecord otomatis dan kita tinggal mendownloadnya. Lalu bacaan tersebut diolah menggunakan metode admiralty ( untuk pengamatan kurang dari 30 hari ), dan metode Least Square ( untuk pengamatan lebih dari 30 hari ). Sehingga didapatkan 9 parameter diantaranya M2, N2, S0 ( nilai MSL ), ZO ( selisih MSL terhadap CD ), dll. Untuk saat ini semuanya sudah bisa dilakukan software, kita tinggal menginputkan bacaan rambunya saja, dan 9 parameter sudah dihitung komputer secara otomatis, informasi MSL serta CD sudah langsung kita dapatkan. Untuk keperluan ilmiah, pasang surut diamati setiap 18,6 tahun. Setelah 18,6 tahun, maka polanya berulang kembali dari awal. Namun pada survei bathimetri, biasanya cukup pengamatan 1 bulan sampai 1 tahun saja

Untuk software yang dipergunakan dalam pengukuran bathimetri diantaranya adalah Hidronav ( Under DOS ), Hidropro, Map source, dll. Saya biasa menggunakan hidropro dalam pengolahan data pasut, dikarenakan cukup mudah dalam mengoperasikan nya, data akhir yang didapatkan dalam format .txt berisi nomor fix, Easting, Northing, kedalaman, dan bisa langsung diplotkan di Software Autocad.

Jasa Pengukuran Batimetri